Dosen
Pastry Akpar Majapahit Laurentia Vivi:
”Berbisnis Kue Cubit, Untungnya Selangit”
SIAPA sangka jika berbisnis kue cubit kini semakin
menguntungkan. Bagaimana tidak, jika sebelumnya kue cubit –yang notabene
merupakan usaha rumahan—kini telah naik kelas dari sebelumnya hanya dikonsumsi kalangan
menengah bawah, sekarang semakin disuka masyarakat kelas menengah atas.
Naiknya
status kue cubit setelah kue itu dijajakan di café-café yang belakangan marak
tumbuh bak jamur di musim penghujan. Geliat bisnis kue cubit dengan kreasi
aneka toping memberi nilai tambah (added
value) bagi eksistensi kue tersebut di pasaran, sehingga segmen pembelinya
pun sekarang mulai bergeser ke kalangan menengah atas.
”Geliat
bisnis kue cubit yang sekarang lagi booming
terasa sejak setahun terakhir. Makanya kami kewalahan melayani pelatihan bikin
kue cubit dengan aneka toping yang menarik dan disuka konsumen,” kata Laurentia
Vivi S.Pd, dosen di kantornya, kemarin (27/8) siang.
Staf
pengajar pastry reguler dan advanced pastry class di kampus Akpar Majapahit itu
menuturkan, permintaan kursus bikin kue cubit dari masyarakat sudah dihelat dua
kali di laboratorium pastry Akpar Majapahit, masing-masing diikuti enam
peserta, semuanya perempuan. Selain itu pihaknya juga melayani pemesanan kue
cubit dari konsumen yang ingin mengisi libur lebaran berbeda daripada tahun sebelumnya.
Booming kue cubit dirasakan setelah menjamurnya
café-café baru di Surabaya dan sekitarnya. Keberadaan café-cafe itu tidak
berjualan makanan berat tetapi makanan
ringan (snack dan aneka kue termasuk kue cubit) dan minuman. Kue cubit disuka
pengunjung café, selain karena bisa sekali santap juga topingnya warna warni.
Di
salah satu café, dalam satu pack isi 12 pieces harga kue cubit dibandrol antara
Rp 50 ribu sampai Rp 75 ribu. Harga kue cubit terkatrol berkat kreasi topingnya
dari bahan ovomaltine, silver queen, toblerone, kit kat, cream cheese,
marshmallow, coklat chip, aneka selai, meses, coklat dan keju.
”Hampir
semua toping kue cubit rata-rata produk impor, kecuali keju, meses, aneka selai
adalah produk lokal. Makanya kue cubit dengan aneka toping menarik itu bisa
diterima kalangan menengah atas yang suka nongkrong di café-café dan harganya
juga ikut terkerek,” terang Vivi, sapaan karib Laurentia Vivi S.Pd.
Sebetulnya,
untuk kuenya sendiri sudah diperkaya dengan rasa vanilla (rasa original kue
cubit), namun pengusaha rumahan kue cubit yang memasok untuk café-café tidak
puas hanya rasa vanilla, kemudian mereka meng-create dengan aneka rasa seperti rasa taro, coklat, red velvet, green
tea, strawberry, orange (jeruk), oreo (oreo diblender dimasukkan adonan) dan
sebagainya.
Masih
menurut Chef Vivi, untuk buka usaha rumahan kue cubit modalnya tidak lebih dari
Rp 150 ribuan. Modal awal sebesar itu untuk membuat kuenya sendiri sekitar Rp
50 ribuan, sedangkan beli bahan toping-nya Rp 100 ribu.
Dengan
modal minimalis tersebut, Anda bisa membikin sendiri empat pack @ isi 12 kue
cubit per pack-nya. Kue cubit yang sudah dikemas dalam packing, dipasarkan
dengan harga Rp 75 ribu per pack.
Pemasaran
selain dari mulut ke mulut atau sistem gethok
tular kepada tetangga, teman atau kerabat dekat, juga bisa dijajakan via online system (internet, facebook,
instagram dan media sosial yang lainnya). Jika keempat pack roti cubit laku semua,
Anda akan mendapatkan hasil penjualan Rp 300 ribu. Berarti profitnya bisa
tembus 100 persen (Rp 150 ribu) dari modal awal.
Nah,
hitung-hitungan sederhana ini menjadi dasar bagi Anda untuk melangkah lebih
lanjut dalam skala lebih besar. Tunggu apa lagi, ayo buruan membuka usaha
sampingan di rumah dengan membuat kue cubit. Bisnis kue cubit, untungnya memang
selangit…..! (ahn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar