Erni Yuniati Rintis Usaha Jamu
Tradisional
Kursus Private di TCI
UPAYA melestarikan minuman jamu tradisional yang menyehatkan dan menyegarkan
badan, mendorong Erni Yuniati (35) untuk merintis usaha jamu skala rumah tangga
(home industry) sejak dua tahun terakhir
di Purwosari Kabupaten Pasuruan. Usaha rumahan jamu dengan merk Si Mbok yang dirintis Erni Yuniati sampai saat ini baru
mempekerjakan dua orang.
Tantangan yang sampai saat ini belum terpecahkan adalah bagaimana membuat jamu tradisional Jawa seperti beras kencur, kunci suruh, sinom dan temulawak, yang diproduksinya itu bisa tahan lama. Selama ini, produksi jamu tradisional dalam kemasan tanpa bahan pengawet yang diproduksinya hanya sanggup bertahan 10 hari saja.
”Untuk
mencari solusi atas kendala tersebut kami searching
di internet, ternyata kami mendapat info jika Tristar Culinary Institute (TCI)
sanggup membantu mengatasi sekaligus memberikan tips bagaimana mengatasi
terbatasnya daya tahan jamu tradisional dalam kemasan,” terang Erni, sapaan
akrab Erni Yuniati kepada matoasbynews.blogspot.com,
kemarin.
Makanya
tidak salah jika kemudian dirinya memutuskan mengambil kursus private jamu
tradisional dengan biaya Rp 1,5 jutaan. Materi pelatihannya sendiri meliputi
tata cara membuat jamu beras kencur, kunci suruh, sinom dan temulawak baik dan
benar sesuai ketentuan Good Manufacturing
Practices (GMP). Pelatihan teknologi pangan itu dihelat di laboratorium TCI
Jl Raya Jemursari 234 Surabaya, Rabu (14/4).
Selama
pelatihan tersebut, Erni Yuniati dibimbing langsung oleh instruktur senior TCI,
Sari Kusumahati Ssi, Apt dibantu asisten Ir Indah Fitriana. Pelatihan yang
lebih mengedepankan sharing ilmu itu berjalan
lancar sejak persiapan bahan baku dan peralatan, proses produksi hingga teknik
pengemasannya dalam botol serta tips mengolah usaha jamu tradisional dalam
skala rumah tangga.
Biasanya,
menurut Sari Kusumahati, dalam merintis usaha rumahan (home industry) makanan dan minuman, kendalanya antara lain adalah
lemahnya pengetahuan bahan, minimnya pengetahuan soal sterilisasi karena
kondisi dapur yang terkontaminasi jamur dan bakteri, teknik pengemasan yang
masih apa adanya, kualitas produk yang belum bisa diandalkan hingga penanganan
yang kurang hati-hati selama pendistribusian barang.
Untuk
persiapan bahan baku yakni tanaman kencur, daun sinom, temulawak, kunci, daun
suruh (sirih), buah asam, jahe, produsen minuman jamu tradisional wajib tahu dari
pemasok seputar kapan panen, musim hujan atau kemarau (karena ini terkait
dengan kandungan kimiawi bahan baku tersebut) hingga bagaimana cara penyimpanan
bahan baku tersebut agar kualitasnya tetap terjaga dengan baik.
”Idealnya,
untuk menjaga kualitas bahan baku terjaga dengan baik, bahan baku jamu untuk
stok itu disimpan dalam freezer. Ini
punya peranan tidak kecil dan tidak bisa diabaikan begitu saja karena ini akan
mempengaruhi kualitas jamu yang diproduksi,” ujar Sari Kusumahati, memberi
tips.
Selain
itu, lanjut Sari, untuk mengatasi hambatan ketahanan jamu kemasan saat disimpan
sebelum dikonsumsi, pengetahuan terhadap bahan pendukung dan bahan penolong
seperti penggunaan bahan pengawet minuman Na-Benzoat (setiap 1 liter olahan
jamu ditambah 0,05 gram Na-Benzoat). Penambahan Na-Benzoat sampai dosis
tertentu ke dalam bahan jamu akan menambah daya tahan jamu kemasan sampai setahun.
”Begitu
juga penggunaan pemanis buatan Siklamat (1 gram Siklamat = 100 gram gula pasir)
atau Aspartam (1 gram Aspartam = 200 gram gula pasir) dengan alasan menghemat
biaya pengadaan gula pasir untuk pemanis jamu. Penggunaan bahan pengawet
minuman dan pemanis buatan jadi bahan pertimbangan karena hal ini juga terkait
dengan aspek perlindungan konsumen,” jelasnya.
Tips
lain yang tidak kalah penting adalah bagaimana melakukan tindakan sterilisasi
botol kemasan sebelum diisi jamu. Untuk melakukan teknik sterilisasi yang
hemat, Anda cukup menggunakan alkohol 70
persen 600 ml untuk menyeterilkan 1.000 botol ukuran 600 ml dan tutup dengan
teknik sederhana, mulai celup, isi (tuang), kocok, bilas dan keringkan di
tempat bersih dengan posisi terbalik.
”Sterilisasi
ini tujuannya untuk membunuh kuman-kuman penyakit baik jamur dan bakteri yang
bisa menyerang makanan dan minuman olahan, akibat penanganan yang kurang baik
selama proses produksi sehingga makanan dan minuman itu terkontaminasi,”
katanya mengingatkan. (ahn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar