twitter

Sekolah Kuliner dan D3 Perhotelan

Surabaya - Graha Tristar
Jln. Raya Jemursari 244 Surabaya.
D3 Tataboga, Perhotelan & Pariwisata

West Campus - Gedung IEU
Raya Dukuh Kupang 157B
S1 International Culinary Business

Kampus B Tristar -
Jl. Kaliwaron 58-60, Surabaya
D3 Tataboga, Perhotelan & Pariwisata
S1 Culinary Business

Informasi
Telp. +62-31 8433224 & 8433225. HP. 08233752227 - 081234506326.
PIN BB: 2A6A1F4E - 2B425821

Jakarta - Kampus Tristar BSD
S1 Culinary Business
S1 Food Technology
S1 Hotel Management
Telp: 021-5380668.
HP: 081286358533. PIN BB: 2A96E298.
Fax: 021-53155652.
Ruko BSD Sektor 7. Blok RL 31-33.
Serpong - Tangerang

Resep Kreasi Mahasiswa
Akpar Majapahit

Pages

Rabu, 04 Februari 2015

Ayu Wukir Permata, Alumni D-II Akpar Majapahit Surabaya - Rintis Usaha Pempek Palembang dari Rombong PKL hingga Jadi Distributor Pempek Beku



Ayu Wukir Permata, Alumni D-II Akpar Majapahit Surabaya

Rintis Usaha Pempek Palembang dari Rombong PKL hingga Jadi Distributor Pempek Beku

UNTUK menggapai sukses tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak jalan berliku yang harus dilalui. Hal ini disampaikan Ayu Wukir Permata, alumni D-II Akpar Majapahit Surabaya ketika mengisahkan perjalanan usaha dari awal membuka bisnis franchise Pempek Palembang dengan bendera Bang Didit 2012 silam.

Rintisan usaha franchise itu dilakoni Ayu, sapaan karibnya, sambil kuliah jurusan pastry dan culinary (program D-II) di kampus Akpar Majapahit Jl Jemursari No. 244 Surabaya. Dirinya selain di-support oleh orang tua juga berelaborasi dengan Didit Setyo Nugroho, mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya, yang mendalami kuliah entrepreneur.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Kedua sejoli itu bertemu dr Meilika di suatu pameran kuliner di Surabaya. Setelah bertemu sekali, pertemuan berlanjut di salah satu home stay tempat dokter menginap dan malam itu juga disepakati untuk menyanggupi modal awal Rp 4 jutaan. Tentunya, setelah mereka mempelajari proposal tentang peluang bisnis franchise Pempek Palembang dengan nama Bang Didit, yang disodorkan duet maut Ayu dan Didit. Kesepakatan itu dituangkan dalam bentuk kontrak kerjasama (MoU) saling menguntungkan.

Modal awal Rp 4 jutaan itu dialokasikan untuk pembuatan rombong, pengadaan bahan baku, buat logo dan cari lokasi untuk jualan. Kali pertama franchise Pempek Bang Didit itu buka di Pamekasan, Desember 2012. ”Respons pasarnya di Madura saat itu memang luar biasa dan betul-betul di luar ekspektasi kami,” ujar pengusaha muda ini.

Ayu kemudian ekspansi ke Surabaya dengan membuka empat outlet baru sekaligus di daerah Kutisari, Kebraon, Rungkut dan di dekat kampus UK Petra Surabaya. Gadis berjilbab ini kian bersemangat menggerakkan bisnis franchise yang baru dirintisnya tersebut bersama Didit.

Ayu memutuskan buka outlet lagi di Ruko Ngagel Rejo Kidul. Outlet kelima ini menjadi cikal bakal dia meningkatkan skala bisnisnya dari pedagang kaki lima (PKL) menjadi distributor pempek sekaligus memasarkan pempeknya ke luar kota (dalam bentuk kemasan beku), terutama Bandung, Depok dan Jakarta, yang pasarnya cukup menggiurkan.

Dalam perjalanan hingga Oktober 2014, tiba-tiba prahara datang. Pasalnya pihak manajemen ada miss communication dengan karyawan, maka mau tak mau, suka tidak suka, seluruh outlet Bang Didit tersebut terpaksa ditutup. Kemudian Ayu dan Didit memutuskan membuka kantor sendiri dengan mengontrak rumah dua lantai di Jl Barata Jaya XVIII-45, untuk kantor, dapur dan display rombong.

Ia melanjutkan bisnis pempek Palembang dengan menjadi distributor pempek beku yang dikirim ke Bandung, Depok dan Jakarta sebelum Lebaran lalu tepatnya  Juli 2014. Untuk ini, ia dibantu tiga orang asisten membuat pempek termasuk bumbunya sendiri. Pempek produksinya itu selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri (terutama dijual secara partai atau grosiran ke agen-agen di luar kota) juga melayani permintaan franchise lain di Surabaya dan sekitarnya.

Tak salah jika dapur usahanya pada awalnya hanya memproduksi 40 pak perhari, sekarang bisa memproduksi 100-an pak pempek perhari atau 3.000 pack perbulan. Satu pak pempek beratnya mulai 500 gram, 650 gram hingga 1.000 gram. 

Sedangkan soul mate-nya, yakni Bang Didit, saat ini fokus menawarkan aneka rombong hasil kreasinya yang dibandrol Rp 3,5 jutaan perunit. Untuk membuat rombong tersebut, Didit dibantu lima orang pekerja mulai tukang kayu, tukang cat dan tenaga serabutan. Sementara itu, untuk memperluas pasar rombong hasil kreasinya, Didit menjajaki kerjasama dengan pengelola Unair, Unesa, Akpar Majapahit, dan beberapa perguruan tinggi lainnya.

”Dari menekuni bisnis pempek tersebut, kami sekarang ini mampu meraih omzet Rp 40 jutaan perbulannya. Besaran omzet penjualan itu belum termasuk hasil dari penjualan rombong,” tutup Ayu Wukir, yang diamini Didit Setyo Nugroho. (ahn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar