Hasil Kunjungan Kerja Ir Juwono Saroso
bersama Kadin Jatim ke Papua
Undang Putra Daerah Belajar Culinary,
Usaha Pariwisata dan Perhotelan di Akpar Majapahit
Presdir Matoa Holding yang menaungi
jaringan bisnis Akpar Majapahit, Tristar Culinary Institute (TCI), distributor
peralatan culinary dan pastry serta
pengelola sejumlah café & resto di Surabaya bersama 29 pengusaha anggota
Kadin Jatim baru pulang dari Provinsi paling Timur di Indonesia, yakni Papua
untuk menjajaki peluang pasar di sana. Berikut
hasil kunjungan bisnisnya selama empat hari mulai 28-31 Oktober 2014,
disajikan dalam tulisan di bawah ini.
KADIN Jatim dan anggotanya tiada henti melakukan terobosan sekaligus mencari
peluang usaha demi memperluas pasar. Setelah sukses menjajaki peluang bisnis di
Batam dan Singapura, belum lama ini, sekarang giliran Kadin Jatim bersama 30
pengusaha asal Jatim menjajaki peluang bisnis di Provinsi Papua.
Akhir
Oktober 2014 lalu rombongan pengusaha yang dipimpin Diar Kusuma Putra dari
Kadin Jatim bertolak ke Papua. Di antara rombongan 30 pengusaha asal Jatim yang
berangkat ke Papua itu salah satunya adalah Presdir Matoa Holding Ir Juwono
Saroso.
30
pengusaha asal Jatim itu bergerak di lini usaha packaging (UD Tri Tunggal Plastic), produk snack Syafrida,
pemasok ayam beku PT Darbe, distributor bawang merah UD Ole Olang Probolinggo, Barokah, Gabungan
Perusahaan Rokok (Gapero) Surabaya, pedagang pasar induk Puspa Agro (Flora
Multi Agro), pemasok sayur dan buah segar Indo Fresh, produsen aneka rajutan
tas dan taplak UD Nusantara, usaha pariwisata Niki Tour & Travel Services,
pendidikan culinary, pastry dan pariwisata Tristar Institute.
Salah
satu misi ke Papu adalah menindaklanjuti masukan Gubernur Jatim Soekarwo, bahwa
membuka pasar baru bagi produk unggulan Jatim itu tidak harus disikapi dengan
melakukan ekspor ke mancanegara, tetapi memperkuat pasar domestik seperti ke
Batam, Papua (Indonesia Timur) juga berdampak positif demi mengamankan pasar
dalam negeri dari serbuan barang-barang impor.
Dari
hasil sharing dengan pengusaha dari Kadin Papua, terungkap bahwa Papua siap
untuk menyuplai kulit buaya yang berkualitas namun harganya murah untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku industry kulit (tas dan sepatu) di Jatim. Papua
juga sanggup menyuplai buah merah (Pandanus conoideus Lam.) dari Wamena dan
sarang semut untuk jamu karena dua komoditas andalan Papua tersebut punya
khasiat bagi kesehatan.
Sebaliknya,
pengusaha Papua antara lain tertarik untuk membuka pendidikan kuliner seperti
di Jatim, mereka juga ingin adanya standarisasi restoran seperti di Jawa. Pasar
Papua juga masih sangat terbuka bagi produk sayur dan buah-buahan segar dari
Jatim.
Untuk
membuka pendidikan culinary dan pastry di Papua, menurut Juwono Saroso bukan
hal yang mudah karena pendidikan kuliner biayanya tidak murah dan pengajarnya
terbatas. Namun kendala itu bisa disiasati dengan mengirimkan pelajar atau
mahasiswa kuliah di Surabaya dalam program beasiswa. Jika mereka nanti lulus
diharapkan kembali ke daerah asal untuk mendidik putra daerah di bidang
kuliner.
Beasiswa Pendidikan
Sejauh
ini, ada beberapa mahasiswa asal Papua yang menimba ilmu di Akpar Majapahit.
Mereka belajar culinary, pastry, usaha pariwisata dan manajemen bisnis
perhotelan. Biaya kuliah mahasiswa itu murni atas biaya sendiri dan belum
tersentuh program beasiswa pendidikan dari pemerintah daerah asalnya.
Selain
itu, Tristar Culinary Institute (TCI) –jaringan usaha Matoa Holding—juga telah
dipercaya beberapa perusahaan multinasional di Papua, seperti Freeport untuk
mengajarkan masakan Eropa kepada beberapa juru masak yang bekerja di perusahaan
tambang emas tersebut. ”Oleh karena itu, kami selalu terbuka dengan Pemprov Papua
yang mengirimkan pegawainya belajar kuliner di Surabaya,” ujar Juwono.
Sebelum
kembali ke Surabaya, rombongan pengusaha dari Jatim ini menyempatkan diri
pelesir ke Danau Sentani, jaraknya sekitar 50 kilometer dari Jayapura, dengan
ketinggian 75 meter di atas permukaan laut (dpl).
”Objek
wisata di danau itu masih alami, belum banyak tersentuh pembangunan
infrastruktur yang mendukung industri pariwisata. Namun demikian, keberadaan
hotel, tempat penginapan dan restoran di sekitar Danau Sentani dinilai cukup memadai,”
tutur Juwono Saroso di ruang kerjanya, kemarin.
Dalam
kesempatan itu, Kadin Jatim menargetkan pendapatan Rp 40 miliar dari pertemuan
kemitraan Business to Business (B2B) dengan Kadin Papua dalam penawaran
kerja sama kurang lebih 60 bidang usaha dari berbagai sektor.
Wakil
Ketua Kadin Jawa Timur Bidang Pengembangan Jaringan Usaha antar Provinsi, Diar
Kusuma Putra mengatakan, untuk mencapai target tersebut, kadin Jawa Timur akan
membuka Kantor Perdagangan Perwakilan Jawa Timur di Jayapura. ”Kerjasama B2B
telah dilakukan Kadin Jatim dengan 25 daerah lainnya di Indonesia. Hasilnya
luar biasa, perdagangan antar pulau atau perdagangan domestik Jawa Timur terus
meningkat, dan saat ini nilai mencapai Rp 4 triliun,” jelasnya.
Kadin
Jatim memilih Kadin Papua dalam kerja sama ini karena potensi alam di Papua
sangat kaya tetapi pengelolaannya kurang maksimal. Dari sejumlah bidang usaha
yang ditawarkan, permintaan paling tinggi adalah bidang usaha packaging,
karena usaha yang satu ini cukup praktis. Ketua Kadin Papua, Adolf Asmuruf
menambahkan, keterbukaannya kerjasama B2B dijalin di tanah Papua. Apalagi akan
ada kantor perwakilan Kadin Jatim di Jayapura.
Dalam
pertemuan B2B kali ini dihadiri lebih dari 400 pengusaha di Papua, baik usaha
kecil, mikro maupun besar dan ini telah melampaui dari target yang direncanakan
sebelumnya yang hanya menargetkan 150 pengusaha. ”Animo pengusaha Papua untuk
datang pada kegiatan B2B kali ini cukup tinggi. Kami juga akan mengatur MoU
tentang perdagangan antara Papua dan Jawa Timur nantinya,” papar Asmuruf.
Kadin
Papua mengklaim saat ini ada beberapa kerja sama B2B yang telah dijalankan,
salah satunya adalah perdagangan antarnegara di Marketing Point yang
terletak di Skouw-Wutung, Kota Jayapura dan beberapa investor asing. “Kami
tetap membuka lebar investor masuk ke tanah Papua dan kami jamin keamanan di
daerah ini,” pungkasnya. (ahn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar