twitter

Sekolah Kuliner dan D3 Perhotelan

Surabaya - Graha Tristar
Jln. Raya Jemursari 244 Surabaya.
D3 Tataboga, Perhotelan & Pariwisata

West Campus - Gedung IEU
Raya Dukuh Kupang 157B
S1 International Culinary Business

Kampus B Tristar -
Jl. Kaliwaron 58-60, Surabaya
D3 Tataboga, Perhotelan & Pariwisata
S1 Culinary Business

Informasi
Telp. +62-31 8433224 & 8433225. HP. 08233752227 - 081234506326.
PIN BB: 2A6A1F4E - 2B425821

Jakarta - Kampus Tristar BSD
S1 Culinary Business
S1 Food Technology
S1 Hotel Management
Telp: 021-5380668.
HP: 081286358533. PIN BB: 2A96E298.
Fax: 021-53155652.
Ruko BSD Sektor 7. Blok RL 31-33.
Serpong - Tangerang

Resep Kreasi Mahasiswa
Akpar Majapahit

Cooking With The Chef

VCD Tutorial Memasak. Info dan Pemesanan: 031-8480821-22. 0813 3200 3300.

S1 Teknologi Pangan

Kolaborasi Tristar Insitute dan Unitomo Surabaya.

Pages

Kamis, 20 November 2014

Kesempatan Berkarir di Kapal Pesiar



Kesempatan Berkarir di Kapal Pesiar

Tristar Institute kini membuka sekolah singkat dan penyaluran langsung ke Kapal Pesiar dengan nama Tristar Oceania Cruise Training Centre. Sekolah akan di selenggarakan pada bulan Pebruari 2015 dengan durasi hanya 3 bulan dan menjamin keberangkatan anda ke Kapal Pesiar. Disney, Oceania, Regent, Pullman, Royal, dan Celebrity sedang menunggu anda untuk berlayar bersama mereka.

Untuk Grand Opening sekolah Kapal Pesiar kami, 10 orang pendaftar pertama akan mendapatkan biaya pendidikan dengan PROMO, HANYA 7.5 juta rupiah untuk Kelas Perdana ini. Formulir pendaftaran 300.000.  (Syarat & Ketentuan Berlaku)

Syarat minimal :
Pria minimal 160 cm, Wanita minimal 155 cm

Sistem pengajaran :
- Lama pengajaran 3 bulan
- Senin –Jumat (18.00 – 21.00)
- 3 hari teori 2 hari praktek (Cruise Knowledge, Kitchen Knowledge)
- Ditekankan pada pengajaran Bahasa Inggris

Silakan hubungi Sdr. Hendrik Adrianus 081233752227 / Pin 2A1CE131 (Head Of Public Relation Officers)

Silakan manfaatkan kesempatan terbatas ini untuk berkarir di Kapal Pesiar. Segera daftarkan diri anda. Salam sukses dan wujudkan mimpi anda untuk berkarir di Kapal Pesiar.

Kamis, 13 November 2014

Demi Menggapai Peluang Bisnis, Belajar Membuat Kecap pun Dilakoni


Demi Menggapai Peluang Bisnis, Belajar Membuat Kecap pun Dilakoni

DI MATA Christovictor, belajar membuat kecap di dapur uji Tristar Culinary Institute (TCI) bersama papanya bukan hal yang tabu, apalagi jika paket pelatihan yang diambil adalah kursus private. Makanya, Christo betul-betul all out ketika mengikuti pelatihan membuat kecap di TCI mulai pukul 09.00-14.00.

”Dengan mengambil private, kami bisa lebih fokus mendengarkan penjelasan pihak instruktur dan mempraktikkannya langsung bagaimana cara yang benar membuat kecap yang disuka semua orang, sehingga kelak bisa kami aplikasikan dalam skala industri,” kata Christo, sapaan akrab alumni PTS ternama di Malang, jurusan teknik industri tersebut.


Kedatangannya di lab uji TCI beberapa pertengahan Oktober lalu, sebagai bagian dari langkah dirinya untuk mencoba menerjuni bisnis kecap. Pasalnya, meskipun industry kecap skala kecil (rumahan dengan teknologi tradisional) sampai skala besar sudah cukup banyak, namun tak menyurutkan langkahnya untuk mendirikan usaha kecap karena peluang bisnis kecap masih cerah, apalagi kalau bisa membuat taste yang berbeda.

”Saya yakin apa yang kami pelajari sekarang akan kami kembangkan lagi dalam skala industry karena ceruk pasar kecap di sini utamanya di luar Jawa masih sangat terbuka  sejalan dengan tumbuh kembang usaha kuliner,” ulasnya.

Nursanti, salah satu instruktur dari TCI yang mendampingi Christovictor belajar membuat kecap di lab uji TCI, menuturkan, pelatihan private membuat kecab ini dibagi empat macam, yakni kecap manis tanpa pengawet dan kecap maanis dengan pengawet. Selain itu, pihak TCI juga mengajarkan cara membuat kecap asin tanpa bahan pengawet (makanan) dan kecap asin dengan pengawet.

Secara umum, kecap adalah cairan kental yang banyak mengandung protein diperoleh dari rebusan kedelai yang telah difermentasi dan ditambah gula, garam serta bumbu-bumbu hingga punya cita rasa yang khas.

Kecap adalah sari kedelai yang telah difermentasikan dengan atau tanpa penambah gula kelapa dan bumbu.  Pada proses pengolahan kecap ini menggunakan bahan dasar kedelai. Kedelai berbiji hitam lebih disukai produsen kecap karena dapat member warna hitam alami pada kecap yang diproduksi. Namun karena keterbatasan produksi kecap hitam, maka produsen kecap lebih banyak menggunakan kedelai berbiji kuning.

Kecap dapat dibuat melalui tiga cara, yaitu fermentasi, hidrolisis asam dan kombinasi fermentasi dan hidrolisis asam. Kecab yang dibuat secara fermentasi biasanya punya cita rasa dan aroma  yang lebih disukai konsumen. ”Pada prinsipnya pembuatan kecap secara fermentasi berkaitan dengan penguraian protein, lemak dan karbohidrat menjadi asam amino, asam lemak dan monosakarida,” terang Santi, sapaan Nursanti di laboratorium teknologi pangan TCI. (ahn)

Kisah Perjalanan Santi, Indah, Rozy dan Hafid dari Kabupaten Dompu, NTB - Pantai Lakey nan Eksotik, Bikin Siapapun Simpatik

Kisah Perjalanan Santi, Indah, Rosi dan Hafid dari Kabupaten Dompu, NTB

Pantai Lakey nan Eksotik, Bikin Siapapun Simpatik

Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Sekali berangkat menunaikan tugas memberikan pelatihan membuat siomay, abon ikan, tahu dan tempe kepada ibu-ibu di Desa Hu’u dan Desa Adu Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB) 22 dan 23 Oktober 2014 lalu, ternyata masih ada waktu luang yang bisa dimanfaatkan untuk pelesir di Pantai Lakey, Dompu NTB. Berikut catatan perjalanan Nursanti dan Indah Fitriana, dua orang instruktur dari Tristar Culinary Institute (TCI) Surabaya usai memberikan pelatihan memasak di Dompu NTB.

SETELAH sukses memberikan pelatihan pembuatan siomay, abon ikan, tahu dan tempe kepada ibu-ibu rumah tangga di Kabupaten Dompu NTB, tim instruktur dari TCI yakni Nursanti dan Indah Fitriana dengan dibantu asistennya masing-masing  M Abdul Rosi dan Hafid Hurriah, mereka sepakat pelesir di Pantai Dompu. Berangkat dari tempatnya menginap di Resort Ani Lestari menuju pantai tersebut.

Pantai Lakey yang terletak di Kecamatan Hiu, Kabupaten Dompu, Pulau Sumbawa NTB ini memang cukup eksotik karena memiliki ombak yang besar dan tinggi. Tidak hanya itu, pasir di pantai ini juga putih dan berkilau. Inilah yang membuat Pantai Lakey begitu istimewa.

Penasaran dengan pantai ini? Santi, Indah, Rosi dan Hafid yang datang dari Surabaya ke Bima dengan perjalanan udara. Setelah merampungkan kegiatan siomay, abon ikan, tahu dan tempe bersam ibu-ibu rumah tangga,  kemudian mereka sepakat meluncur ke Pantai Lakey dengan perjalanan darat yang dimulai dari tempat penginapan, kira-kira ditempuh setengah jam saja.

Sementara itu kalau Anda berangkat dari bandara langsung dengan perjalanan darat menuju Dompu, ditempuh selama kurang lebih dua jam. Cukup lama tetapi semua  tetapi semua itu akan terbayar begitu Anda tiba di lokasi.

Laut biru dengan hamparan pasir putih berkilau menyambut kedatangan setiap turis yang datang, lengkap dengan udara panas sekitar pantai terasa begitu menggigit kulit. Indahnya bebatuan raksasa yang ditabrak ombak besar menambah daya pikat sang pantai.

”Sesampai di pantai itu, saya melihat banyak aktivitas yang dilakukan turis begitu tiba di Pantai Lakey seperti berenang dan tentu saja surfing. Kebanyakan dari turis yang datang tertantang untuk menaklukkan empat jenis ombak di Pantai Lakey, yaitu Nangas, Lakey Peak, Pipe dan Periscope,” terang Santi yang sempat berselfi ria dengan tiga rekan sekantornya tersebut. 


Untuk Anda yang tidak ingin berbasah-basahan, bisa menikmati keindahan pantai dari atas perbukitan hijau yang mengelilinginya. Mendakilah ke atas bukit dan Anda bisa melihat keindahan pesona Pantai Lakey dari ketinggian.

Sayangnya, keberadaan pantai ini belum banyak diketahui orang, bahkan penduduk Indonesia sekalipun. Beberapa wisatawan yang datang justru banyak yang berasal dari mancanegara seperti Amerika dan Australia.

”Kurang memadainya fasilitas yang ada di Pantai Lakey adalah salah satu factor utama kurang diliriknya pantai ini. Namun itu tidak menyurutkan kami untuk datang ke sana. Toh niat kami hanya refreshing sebelum kembali ke Surabaya,” tukas Indah Fitriana yang mendampingi Santi, sapaan karib Nursanti di kantornya.

Memang diakuinya, jalan menuju pantai tersebut masih tampak kurang terawan dengan banyaknya sampah yang berserakan. Akomodasi yang memadai juga belum tersedia di sekitar pantai ini. Boleh jadi pantai tersebut masih betul-betul alami, “Barangkali ini yang justru dicari oleh turis mancanegara karena lebih eksotik sehingga bikin mereka simpatik,” ulasnya.

Sementara itu, dari situs resmi Dinas Pariwisata Kabupaten Dompu, berselancar di Pantai Kuta atau Pangandaran, mungkin sudah biasa. Tapi diam-diam, Pantai Lakey di Dompu NTB memiliki ombak yang menakjubkan. Inilah surge surfing tersembunyi di Indonesia, yang diincar pemain surfing dari luar negeri.



Nah jika Anda salah satu pecinta olahraga surfing, pastikanlah untuk bisa menaklukkan ombak yang ada di Pantai Lakey Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB). Ombak di pantai ini memang terkenal tinggi dan besar. Hampir setiap turis yang datang memuji Pantai Lakey sebagai salah satu tempat surfing terbaik di dunia. Bagaimana dengan Anda?

Melihat keeksotikan Pantai Lakey dengan deburan ombaknya, menyegarkan suasana. Bagaimana tidak, usai berbagi ilmu dengan ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Hu’u,  selama dua hari, keempat personel TCI bisa meluangkan waktu untuk menikmati keeksotikan Pantai Lakey yang namanya belakangan mulai mendunia karena dikenal sebagai surga bagi peselancar yang masih tersembunyi di Indonesia.

”Ini berkah bagi kami bisa mengunjungi sekaligus menikmati keindahan Pantai Lakey yang terkenal itu setelah mendapat kesempatan bertugas ke luar pulau.  Sungguh ini sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Usai memberi pelatihan kami menjadi fresh kembali,” ujar Santi sapaan akrab Nursanti saat menunjukkan foto-foto kegiatan sepulang dari memberikan pelatihan di NTB ditemani Indah Fitriana.

Selain itu, kehadirannya ke NTB menjadi pengalaman berharga. Pasalnya, lokasi pelatihan itu boleh dibilang daerah marginal. Dari Bandara Sultan Hasanuddin NTB ke Dompu (tenpat menginap tim TCI di Resort Ani Lestari) ditempuh perjalanan darat dua jam. Sementara itu, perjalanan dari tempat penginapan ke lokasi tim pertama (pembuatan siomay dan abon ikan) hanya ditempuh lima menit, sedangkan perjalanan dari penginapan ke lokasi tim kedua (pembuatan tahu dan tempe) kurang lebih 15 menit.

Meskipun daerahnya marginal, namun semangat kebersamaan yang ditunjukkan oleh ibu-ibu dalam mengikuti pelatihan membuat siomay, abon ikan, tahu dan tempe tersebut patut diacungi jempol. Mereka antusias mengikuti penjelasan instruktur yang menyampaikan materi dengan bahasa paling sederhana dan mudah dipahami peserta pelatihan.


Keakraban lain yang tercipta adalah suasana kekeluargaan dari para peserta pelatihan. Ibu-ibu rumah tangga ini juga tidak pelit berbagi hasil kebun di pekarangan rumah mereka, apalagi sekarang bertepatan musim buah mangga. ”Sebelum pulang ke Surabaya, ada peserta yang memberi kami oleh-oleh buah mangga yang harum baunya, rasa buahnya manis  dan daging buahnya pun lembut tidak berserat. Nyam. nyam uenakkk tenan……,” pungkas Santi. (ahn)

30 Ibu Rumah Tangga dari NTB Diajari Bikin Siomay, Abon Ikan, Tahu dan Tempe


Elaborasi Tristar Culinary Institute (TCI) dan PT Amerta Pijar Indonesia (API)

30 Ibu Rumah Tangga dari NTB Diajari Bikin Siomay, Abon Ikan, Tahu dan Tempe

UPAYA meningkatkan ketrampilan ibu rumah tangga di bidang kuliner --guna membangkitkan ekonomi keluarga-- di daerah marginal, seperti Desa Hu’u dan Desa Adu Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB),  mendapat apresiasi positif dari Kementerian ESDM melalui rekanannya yakni PT Amerta Pijar Indonesia (API).

Gayung pun bersambut. PT API yang berpusat di Jakarta langsung menggandeng pihak Tristar Culinary Insitute (TCI), yang sudah berpengalaman dalam memberikan pelatihan teknologi tepat guna kepada masyarakat. Dalam kesempatan kali ini, 30 orang ibu rumah tangga dari NTB mengikuti pelatihan membuat siomay, abon ikan, tahu dan tempe.


Peserta pelatihan dibagi dua kelompok masing-masing beranggotakan 15 orang. Tim pertama, membuat siomay lengkap dengan sambalnya dan membuat abon ikan pedas. Untuk tim pertama instrukturnya Nursanti dari TCI) dibantu asisten M Abdul Rozy. Sementara itu, untuk tim kedua mempercayakan Indah Fitriana sebagai instruktur dibantu asisten Hafid Hurriah.

Tim pertama mengadakan praktik pembuatan siomay dan abon ikan di rumah Ibu Yanti, yang beralamat Desa Adu Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu. Sedangkan tim kedua yang mempraktikkan pembuatan tahu dan pengolahannya (susu kedelai dan nugget dari ampas tahu) serta tempe (dan teknik pembuatan ragi tempe).

Pelatihan yang dihelat selama dua hari pada tanggal 22 dan 23 Oktober ini betul-betul berkesan di mata peserta pelatihan maupun pihak PT Amerta Pijar Indonesia (API). Menurut informasi dari API, pascapelatihan kemarin, produk siomay dan abon dari kelompok pertama langsung mendapat respons warga. Siomay dan sambalnya diorder Rp 100 ribuan, sedangkan abon ikan terjual Rp 500 ribuan.

”Untuk order berikutnya --tim pertama yang diketuai Ibu Romelah-- kembali diorder warga sekitar yang memesan dibuatkan siomay dan abon ikan. Fakta ini membuat mereka semakin antusias membentuk usaha mikro kecil yang modalnya dari urunan ibu-ibu anggota kelompok,” tutur Rene dari PT API kepada Nursanti dari TCI Surabaya.

Nursanti dari TCI mengatakan, tim kecil dari TCI –yang terdiri dari empat orang--jauh-jauh terbang ke NTB untuk sharing dengan peserta bagaimana membuat siomay dan sambalnya, abon ikan pedas, tahu dan produk olahannya (susu kedelai dan nugget dari limbah tahu), tempe dan ragi tempe, yang higienis, enak rasanya dan layak untuk dikomersialkan meskipun hanya dalam skala rumahan (home industry).

Sebelum berangkat ke NTB, timnya sudah mempersiapkan  bumbu dan bahan masakan, seperti kemiri, cabai, wortel, bengkoang, bawang prei, merica, kecap, gula, kacang tanah, bahan untukm abon, kedelai. Sendangkan untuk peralatannya antara lain plastik untuk cetakan tempe, cetakan tahu, selang, thermometer, gelas ukur, spatula, timbangan dan saringan.

”Dengan demikian, selama di tempat pelatihan kami tinggal melengkapi bahan-bahan yang lain seperti daging ikan, kedelai, dan bahan lain yang tersedia di NTB.  Syukurlah selama pelatihan dua hari semuanya berjalan lancar dan peserta pun puas setelah mengikuti kursus tersebut,” ujar Nursanti, yang diamini Indah Fitriana.

Indah Fitriana menambahkan, dalam  pelatihan pembuatan tempe itu peserta juga diajarkan bagaimana membuatb ragi tempe. Pasalnya, harga ragi tempe di NTB relatif mahal, juga barangnya susah diperoleh di pasaran. Karena itu, dengan membekali peserta pelatihan membuat ragi tempe sendiri, maka kendala tersebut paling tidak sudah bisa teratasi.

”Sebelum bertolak ke NTB, kami juga sudah uji coba membuat ragi tempe yang ditumbuhkan di media bekatul jagung dan beras. Dari hasil uji coba tersebut menunjukkan hasil yang positif,” ujar Indah dengan wajah sumringah.

Kehadirannya ke NTB menjadi pengalaman berharga. Pasalnya, lokasi pelatihan itu boleh dibilang daerah marginal. Dari Bandara Sultan Hasanuddin NTB ke Dompu (tenpat menginap tim TCI di resort Ani Lestari) ditempuh perjalanan darat dua jam.

Dari tempat penginapan ke lokasi tim pertama (pembuatan siomay dan abon ikan) hanya ditempuh lima menit, sedangkan perjalanan dari penginapan ke lokasi tim kedua (pembuatan tahu dan tempe) kurang lebih 15 menit. “Sisa waktu usai member pelatihan dua hari di NTB, kami manfaatkan bersama anggota tim TCI untuk melepas penat dengan pelesir di pantai lakey dan pantai cempe,” pungkasnya. (ahn)